Pernah di suatu ketika ada seorang pemuda yang ingin berkunjung ke rumah orang tua
kekasihnya, dengan berani pemuda itu datang tanpa sepengetahuan pujaan
hatinya. Dengan keseriusan dan tekad yang kuat pemuda itu hadir dengan
seorang diri, tanpa ada seorangpun yang ikut serta dalam kehadirannya
bertandang ke rumah calon mertuanya itu.
Pemuda itu hanya ingin mengutarakan keseriusannya meminang gadis yang selama
ini ia cintai, sebelum kedua orang tuanya datang melamar. Dengan nafas
yang tersendat-sendat dan ucapan yang terbata-bata karena gugup, pemuda itu mengatakan bahwa
ia akan berusaha untuk Melamar anak gadis yang kini menjadi kekasihnya
itu...
Mendengar kalimat pemuda itu, orangtua sang gadis pun tersenyum sinis dan berkata...
"Berani-beraninya kamu datang ke rumah ini untuk melamar anak gadisku? kamu punya apa untuk membahagiakan anakku? kamu hanya karyawan biasa, dengan penghasilanmu saat ini apa cukup untuk menghidupi anakku? Sebaiknya kamu pulang dan urungkan niatmu!". kata Bapak gadis itu dengan nada keras.
"tapi aku akan berusaha untuk tetap bersamanya, apapun persyaratan dari bapak dan ibu berikan!". pinta pemuda itu dengan sedikit memelas.
"kamu tidak akan sanggup dengan penawaran yang saya berikan, lagipula anakku sudah ada yang ingin melamarnya bahkan dia seorang yang punya penghasilan yang besar dan dapat membahagiakan anakku, tidak sepertimu yang hanya karyawan biasa...". kata Sang Ibu dengan nada yang menyakitkan.
Bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Pemuda itu hanya tertunduk dan kecewa atas hinaan yang ia terima. Suasana hening sesaat di ruang tamu, kepala pemuda itu tertunduk lesu. Tak beberapa lama kemudian dengan mata yang berkaca-kaca menahan butiran bening yang hampir jatuh di wajahnya, pemuda itu pun berdiri sembari tersenyum..
Mendengar kalimat pemuda itu, orangtua sang gadis pun tersenyum sinis dan berkata...
"Berani-beraninya kamu datang ke rumah ini untuk melamar anak gadisku? kamu punya apa untuk membahagiakan anakku? kamu hanya karyawan biasa, dengan penghasilanmu saat ini apa cukup untuk menghidupi anakku? Sebaiknya kamu pulang dan urungkan niatmu!". kata Bapak gadis itu dengan nada keras.
"tapi aku akan berusaha untuk tetap bersamanya, apapun persyaratan dari bapak dan ibu berikan!". pinta pemuda itu dengan sedikit memelas.
"kamu tidak akan sanggup dengan penawaran yang saya berikan, lagipula anakku sudah ada yang ingin melamarnya bahkan dia seorang yang punya penghasilan yang besar dan dapat membahagiakan anakku, tidak sepertimu yang hanya karyawan biasa...". kata Sang Ibu dengan nada yang menyakitkan.
Bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Pemuda itu hanya tertunduk dan kecewa atas hinaan yang ia terima. Suasana hening sesaat di ruang tamu, kepala pemuda itu tertunduk lesu. Tak beberapa lama kemudian dengan mata yang berkaca-kaca menahan butiran bening yang hampir jatuh di wajahnya, pemuda itu pun berdiri sembari tersenyum..
"Terima kasih atas semuanya, kini aku tersadar bahwa aku hanyalah orang
biasa. Kata-kata Bapak dan Ibu tidak akan pernah saya lupakan sampai
kapan pun. Saya harap pemuda yang beruntung itu dapat membahagiakan anak Bapak dengan segala kelebihan yang dia punya. Saya juga mendoakan
mudah-mudahan pemuda yang beruntung itu dapat membimbing, menuntun dan
mengIMAMi di setiap shalat anak Bapak dan Ibu kelak!".
"Oh,iya! satu lagi yang harus Bapak dan Ibu ketahui. Sekarang ini saya memang belum KAYA akan HARTA dan UANG, tapi saya In Shaa Allah sangat KAYA dengan HAL-HAL yang tidak bisa di beli dengan UANG...".
"Terima kasih, Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...!!!". Pemuda itu pun beranjak dari kediaman orang tua gadis yang sangat ia sayangi itu dengan penuh kekecewaan yang mendalam. Bukan karena penolakan yang ia terima, melainkan kalimat sakti itu telah menampar dan menghujam jantungnya. Dalam benaknya "Terkadang jika HARTA sudah berbicara, CINTA pun hanyalah TONG SAMPAH!".
"Oh,iya! satu lagi yang harus Bapak dan Ibu ketahui. Sekarang ini saya memang belum KAYA akan HARTA dan UANG, tapi saya In Shaa Allah sangat KAYA dengan HAL-HAL yang tidak bisa di beli dengan UANG...".
"Terima kasih, Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...!!!". Pemuda itu pun beranjak dari kediaman orang tua gadis yang sangat ia sayangi itu dengan penuh kekecewaan yang mendalam. Bukan karena penolakan yang ia terima, melainkan kalimat sakti itu telah menampar dan menghujam jantungnya. Dalam benaknya "Terkadang jika HARTA sudah berbicara, CINTA pun hanyalah TONG SAMPAH!".
#Sepenggal_Novel_Pelangi_d
By:@Fatha98Hatersgreen
#Post.V.Cerpenbingitsjhee#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar