Jumat, 24 Juni 2016

IBU

   Tak ada satupun yang dapat membuat defenisi tentang Ibu secara harfiah, karena pengertian Ibu tidak bisa kita gambarkan dalam sebuah kata-kata semata dan hanya dapat kita rasakan dalam bentuk kasih sayangnya, bahkan semua yang pernah beliau berikan takkan pernah bisa kita gantikan berapahpun jumlah nominal uang yang ada di muka bumi ini atau bahkan berlian sekalipun.

   Rasulullah SAW saja saat salah seorang yang datang dan bertanya kepadaNya;
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).

   Mengapa sehingga Rasulullah SAW menyawab ibu sebanyak tiga kali lalu kemudian bapak? itu karena kita harus menyayangi dan mencintai ibu kita tiga kali lipat dari kasih sayang dan cinta kita terhadap bapak. Hal itu karena pertama, Ibu merasakan kesulitan dalam mengghadapi masa kehamilan, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat kita. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya.
(Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah).

   Jadi, ingatlah sahabat. Pantaslah jika Surga itu berada di Telapak Kaki Ibu. Jangan sampai kita tak sempat membahagiaakannya, hingga beliau pergi dari kehidupan ini dan menghadap ke Sang Pencipta Alam semesta ini.

“Aku Ingin

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya debu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”

By: Sapardi Djoko Damono


   Selagi Ibu kita masih ada, segeralah menghadap dan mencium tangannya yang pernah mengusap kepalamu sewaktu masih bayi dulu. Sempatkanlah memeluknya seperti beliau memelukmu dengan kasih sayang di dalam gendongannya ketika kita masih balita menangis saat lapar dan haus. Walau kita tak bisa membayar semua yang telah di berikan ibu kepada kita, tapi kita wajib membahagiakannya di manapun dan kapanpun...

Teringat sepenggal Syair lagu dari Iwan Fals:

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah


Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas... ibu... ibu...


Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas... ibu... ibu....


Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas... ibu... ibu...


:-)
By: Si_Bocah_Ingusan.
#Post.II.Ibu@FathaVanHatersgreen.kikuk.kikuk.kikuk#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar