Rabu, 02 Januari 2019

Terima kasih 2018!

   Awal tahun 2018. Malam pergantian tahun itu membuatku tersenyum setelah dua tahun terakhir aku lewati dengan penuh ujian besar yang mendewasakanku dan tetap bersyukur kepada Tuhan atas Musibah yang menimpahku. Tak perlu ku cari lagi siapa yang salah... Toh! Allah Maha Tahu atas setiap perbuatan hambaNYA. Aku tetap optimis menjalani hari-hari esok yang lebih baik walau luka ini belum sepenuhnya kering. Dalam hati kecilku berkata bahwa aku mungkin masih kurang banyak berterima kasih kepada Maha pencipta Kebahagiaan. hmmm... mungkin!



   Maret 2018. Di tangan ini pertama kali ku genggam kertas dengan Nomor 626/ Pdt.G/2017/PA.Blk,
berisikan surat perpisahan dari Pengadilan Agama Bulukumba. Memang berat tapi Alhamdulillah aku sedikit lega karena ini kali terakhir aku berada di tempat ini, tempat di mana tidak ada satu pun makhluk di muka bumi ini yang berwujud manusia yang ingin bercita-cita duduk di tempat ini dan menatap meja berwana hijau dan Hakim di ruang yang sangat menyesakkan dadaku ini.


Bulukumba 2018
   Alhamdulillah aku tidak lagi merasakan letihnya bolak-balik setiap minggu Bulukumba-Makassar hanya untuk menyelesaikan perkara ini. Aku pun berterima kasih kepada Sahabatku Anwar yang biasa ku sapa Awi' dan juga Ibunya yang sudah ku anggap orangtuaku sendiri di Jeneponto, Terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas kehangatan kalian, Terima kasih karena telah memberikan tempat untuk bermalam setiap minggunya. Atas izin Allah SWT seandainya Awi' dan keluarganya tak memberiku pertolongan waktu itu, mungkin aku akan tetap bermalam di Teras mesjid seperti kemarin sebelum Awi' memberiku kabar.


Anwar alias Awi'
Macea ri Jeneponto
   Hanya sekali aku rasakan di awal-awal bagaimana rasanya terasing di kampung orang menahan dinginnya malam tertidur di teras Mesjid dengan rasa was-was, hanya Allah-lah yang dapat menjauhkanku dari marabahaya di malam itu, Sekali lagi terima kasih banyak Sahabatku Anwar dan Macea tercinta di Jeneponto. Terima kasih banyak!!!

   Setiap hari Rabu Pukul 09.00 WITA Pagi aku wajib ke Tana Panrita Lopi. Satu hari sebelum hari-H tepatnya sepulang kerja aku langsung berangkat agar tiba di Jeneponto tidak terlalu Malam, Dengan kertebatasan penglihatanku (Mata Silinder) aku pun berangkat dengan Tawakkal dan Bismillah!. Alhamdulillah kali ini aku sudah tidak cemas lagi karena ada sahabat yang sudah ku anggap keluargaku sendiri yang menyambutku dan mengizinkanku bermalam dan melanjutkan perjalanan besok pagi sebelum Pukul 09;00 WITA, Hal ini aku jalani hampir kurang lebih lima bulan lamanya bolak-balik demi Siri' yang di tinggalkannya. Sekali lagi terima kasih banyak Sahabatku Anwar dan Macea tercinta di Jeneponto. Terima kasih banyak!!!

   Itu cerita kemarin, aku hanya bisa bersabar menerima perlakuan ini. Sedih... memang! Tapi aku masih saja bersyukur karena Allah SWT masih memberiku ujian hidup di dunia ini agar aku tetap Istiqomah di jalan-NYA. Biarlah di Pengadilan Akherat nanti aku akan kembali di Sidang dan Allah SWT sebaik-baik Hakim Dunia Akherat. Toh! Karma itu ada dan nyata. Ku tutup kisah pahit ini dengan rasa syukur, sabar dan ikhlas bahwa Allah SWT tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambaNYA.



   Belenggu ini sudah terlepas dan ujian lain akan menanti, tak bisa ku pungkiri bahwa dalam otakku hanya ada kebencian dan rasa kesal, seakan tak terima atas perbuatan yang di berikannya kepadaku. Pikiran-pikiran ini telah menggangguku hingga aku malu berkumpul dengan teman-temanku, karena pasti ada pertanyaan yang sangat sulit kujawab... "Where is your wife now? why never been with you again...?"  


   Hal ini pun berimbas hingga di pekerjaanku, hampir setiap hari aku tidak fokus dengan apa saja yang ku kerjakan. Aku tahu beban dan amanah besar seorang kasir tapi tak bisa ku sembunyikan ketidak fokus-an ku ini, setiap hari aku selalu Nombok karena masih tersimpan luka ini dalam fikiranku. Bahkan atasanku pun mulai angkat bicara perihal kinerjaku yang mulai buruk. Penghasilanku pun hanya untuk bayar Nombok tiap bulan, apalagi saat ini aku sudah di hubungi oleh pihak Developer Perumahan untuk segera membayar DP Rumah yang tidak sedikit nominalnya. Padahal Calon istanaku itu sengaja ku rahasiakan untuk Permaisuriku dan juga keturunanku kelak, tapi apa boleh buat? "Nakasa' ni buntulu' siri' ni kallong" Nasi sudah menjadi BASI tak ada lagi yang harus aku sesali.


Pondok Nisha Indah

   Tahun 2018 betul-betul tahun ujian terberatku. Bulan Juni telah ku tempati rumah baruku tanpa permaisuri, tinggal begitu jauh dari rumah orangtuaku dan berharap tidak ada lagi ku dengar pertanyaan-pertanyaan dari tetangga-tetanggaku setiap aku berangkat dan pulang kerja hingga keseharianku di lingkungan yang lama.

   "Where is your wife now?"

   "What's your problem?"

   "Are you not together anymore?"

   "blaaa... blaaaa,..... and blaaaa....."

   Kini aku betul-betul sendiri di rumah baru ini. Paling tidak aku sudah tak lagi mendengar kebisingan tetanggaku di sana yang mulai curiga denganku, di sini aku akan memulai babak baru.



   Alhamdulillah! aku sangat bersyukur karena masih ada sebagian dari para sahabatku yang senangtiasa memberiku semangat dan motivasi bahwa aku tidak sendiri, hidup masih panjang, Insya Allah masih ada hari esok yang lebih cerah. Aku pun mulai menghapus air mata ini dan mulai bangkit dan melangkah kembali. Terima kasih sahabat-sahabatku!








   Tiap bulan gajiku hanya untuk menutupi Nombok ku yang menggunung dan KPR Perumahan yang mulai ter-Debet di rekeningku. Hal ini membuatku banyak-banyak berpuasa dan menjual sebagian barang-barang berhargaku untuk menutupi Hutang piutang yang tersisa tahun ini dan  Alhamdulillah akhir tahun ini semuanya akan lunas dan aku bisa memulai kembali menabung tahun baru ini dari NOL. Sekali lagi kawan... dari NOL!!!

   Allah SWT telah mengijabah do'aku. Ustadz Ajis sahabatku pun ikut memberiku ceramah dan motivasi agar La Tahzan, Innallaha Ma'ana... kesedihan hanya membuatku terpuruk. Nasehat Ustadz Ajis pula-lah sehingga aku betul-betul memaafkan kejadian lalu yang telah melemparkan Siri' ke mukaku dan keluargaku, mencoba melupakan luka lama dan berdamai dengan masa lalu serta bersyukur dengan apa yang aku punya saat ini. Syukron saudaraku Ustadz Ajis!



   Hampir saja aku kehilangan pekerjaanku karena kebodohan yang ku lakukan, perbuatan sia-sia yang selalu ku lakukan karena belum bisa fokus dan sering mangkir beberapa hari tanpa kabar karena menahan malu di tempat kerja. Bersyukur kalimat sakti dari sahabatku Ustadz Ajis "Innallaha Ma'ashobirin" menguatkanku dan aku yakin bahwa Allah SWT sangat dekat dengan orang-orang yang bersabar atas musibah yang di hadapinya. Dari semangat beliau-lah sehingga aku mulai bekerja dengan baik meng-ikhlaskan yang sudah terjadi.



   Aku sudah belajar menjadi ULAT yang merangkak naik dari ranting-ranting kering yang rapuh bekas kau tinggalkan dan mencoba tetap bersabar dari hinaan ini,



   Setahun sudah aku belajar menjadi KEPOMPONG setelah capek menjadi makhluk hina atas perbuatanmu. Pergi jauh dari rumah yang telah ku tinggali dari kecil hingga saatnya aku hidup sendiri di rumah ku yang baru, istanaku dan juga tempatku memulai Keluarga baruku.



   2019 Insyaa Allah aku akan keluar dari belenggu kepompong ini dan menata kembali kehidupanku dan masa depanku yang lebih cerah, seindah KUPU-KUPU yang terbang kesana-kemari tanpa beban penuh kebahagiaan merasakan indahnya seluruh ciptaan Allah SWT dan bersyukur atas nikmat yang di berikanNYA.



2019 Insyaa Allah kumulai hidupku yang baru, karena aku yakin...

"MAN JADDA WAJADA"

   Terima kasih 2018! :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar