Minggu, 19 Maret 2017

Maafkan aku Zainuddin

   Entah ku mulai dari mana kisah ini. Aku yang sangat malu dengan janjiku pada diri ini atas kisah goresan pilu masa laluku yang kini ku langgar sendiri. Kenapa baru sekarang semua ini ku tahu? kenapa tidak dari awal semuanya ku ketahui? sekarang aku merasa bersalah dan sangat berdosa dengan sosok yang kini mengambil alih posisiku sebagai Zainuddin di masa lalu dan ironinya kini aku yang menjadi Azis yang merampas hayatinya. Padahal aku sendiri yang dulu pernah berjanji bahwa cukup hanya aku saja di dunia ini yang merasakan sakitnya jadi Zainuddin.

   Awalnya ku kira gadis itu hanya sendiri, ternyata ada sosok pemuda yang sangat mencintainya dan karena lamaranku sehingga dengan berat hati dia memutuskan untuk merelakan gadis itu. Betapa kejam kurasa diri ini. Padahal kemarin aku dengannya baik-baik saja seakan tidak ada masalah apa-apa. Belakangan baru ku ketahui melalui sahabatnya bahwa gadis itu merasa di tekan dan entah siapa yang menekannya?. Padahal aku hanya berniat baik untuk menjadikan gadis itu pendamping hidupku dan membahagiakannya, tapi kenapa sosok Zainuddin muncul di kisah ini di saat lamaran sudah di putuskan.

   Sekali lagi seandainya dari awal aku tahu bahwa gadis itu sudah ada yang punya aku tidak akan melamarnya, terima kasih 5064tku atas kebohongan yang sempurna ini, pantas ku tatap Hayati tersenyum di balik kesedihan yang mendalam, hal itu mulai ku rasakan saat Suscapin di kantor KUA kemarin. Hayati seakan bergerak atas dasar keterpaksaan yang tidak bisa ia lawan, sesekali ku tatapnya penuh ketidak berdayaan dan ia pergi tak melanjutkan prosesi suscapin tersebut dengan alasan ada hal penting di perkuliahannya dan tinggal aku sendiri bersama pasangan-pasangan yang lain yang penuh kebahagiaan tapi tidak berlaku denganku, hingga tersisa aku dan bangku kosong di sampingku. Jujur aku saat ini merasa telah menjadi orang paling kejam sedunia.

    Aku sedikit paham tentang IT, lewat teknologi jalur hitam sehingga aku menjadi tahu semuanya. Tanpa sadar sosok Zainuddin dalam kisah ini sudah cukup akrab denganku lewat sosmed siluman yang ku miliki, semua telah ku ketahui tanpa ia tahu identitasku, yang jelas kini aku terlanjur menjadi sosok Azis yang sebenarnya sangat aku benci dan tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang bercita-cita dan bermimpi menjadi sosok itu. Sedih mendengar kisahnya seakan kisah itu Copy Paste dari kisahku di masa lalu, tidak ada bedanya dan aku tahu rasanya jadi Zainuddin, dari itu aku menganggap diri ini manusia paling kejam. kalimat itu selalu ku ulang-ulang karena seakan aku sangat tidak memaafkan posisiku saat ini sebagai perampas kebahagiaan mereka.

   Yang ku tahu saat ini ialah hati Hayati kini menangis dengan keadaan yang kubuat. Apa yang harus ku perbuat? undanganku telah tersebar. Jujur saat menulis kisah ini pun mata ini berkaca-kaca seakan tidak terima dengan keadaan dimana sosok paling ku benci kini ku perankan. Entah bagaimana kisah ini ku lanjutkan ke depannya...

   Sepenggal kalimat Zainuddin yang membuatku tak bisa memaafkan diri ini: "Jika mau berbicara tentang perasaanku saat ini, aku tak tahu lagi seperti apa perasaanku saat ini.. Hanya bisa sabar dan ikhlas..." kata Zainuddin yang mengingatkanku di masa lalu saat aku sendiri yang merasakannya.


   Lewat beberapa postingannya menunjukkan kegalauan yang aku sendiri tahu dan bodohnya aku yang membuatnya seperti itu sehingga aku seakan tidak bisa memaafkan diri ini sendiri,..

 


   Melalui  akun silumanku sehingga ku tahu isi hatinya saat ini, bercerita panjang lebar hingga semuanya terkuak, aku yang sudah terlanjur menjadi Azis yang telah merampas Hayati dari tangan Zainuddin. Mereka berdua saling menunggu KEAJAIBAN dan ketiadaanku adalah keajaiban itu sendiri...

   Di suatu hari mereka berdua membuat status yang sama seiring senada "Will be waiting!" dan aku yang terlanjur menjadi Azis tertampar menyaksikan kalimat singkat itu...

   Aku merenung dan tersadar tatkala tempo hari duduk di singgahsana pelamina laksana Raja dan Ratu sehari. Ketika hari yang seharusnya menjadi hari terbahagia, momentum dimana saat itu rombongan sahabatnya datang dan yang ku dengar bukan kalimat "Selamat yach atas pernikahannya, semoga menjadi Sakinah Mawaddah dan Warahma... dan cepat di beri momongan?!" akan tetapi kalimat yang ku dengar "Yang tabah yach?" "Yang sabar yach?". Hingga para sahabatnya tersebut bergantian memeluknya dengan isak tangis yang tak bisa mereka tahan. Siapa tidak terenyuh terpukul mendengar kalimat-kalimat itu?
   Suasana bahkan mulai pecah dan Hayati yang berada di sampingku saat itu tak bisa lagi membendung butiran bening yang tertumpah jatuh membasahi pipinya tatkala sosok Zainuddin datang dan ternyata ikut dengan rombongan para sahabatnya, hingga ia berdiri dan menyalami kami hingga ia pulang dengan menahan tangisnya. Hujan begitu deras meramaikan hari itu. Betapa bersalahnya aku ketika melihat hari pelaminan yang seharusnya penuh rasa syukur dan senyum tawa bahagia, seketika berubah menjadi tangis dan kekecewaan. ku tatap mata Hayati yang sayup melirik keluar seakan enggan melihat Zainuddinnya pergi dan menghilang membawa luka dan tangis di persandingan kami.

   Tak ada satupun Manusia di dunia ini yang bercita-cita merampas kebahagiaan seseorang. Tak ada satupun manusia yang menginginkan dan memimpikan kisah seperti ini. Jujur akupun tak pernah berniat untuk berada di posisi seperti ini. Dalam hati yang terdalam penuh rasa bersalah... aku meminta maaf! yang sebelumnya tidak tahu perihal CINTA kalian, KONSEP MASA DEPAN yang kalian rencanakan telah terkubur karena kehadiranku...

   Dalam hati yang terdalam...


#CatatanAzis091216

Tidak ada komentar:

Posting Komentar