Jumat, 29 Juli 2016

Terima kasih, Sahabat!

Gerbang Bulukumba
   Inilah Pintu Gerbang "Selamat datang di Butta Panritalopi" yang menyambutku saat pertama kali menginjakkan kaki di Kabupaten Bulukumba, karena tugas kerjalah yang mengantarkanku sampai ke tempat kelahiran salah satu sahabatku Andi Syamsul Alam yang biasa di panggil Cham, mantan rekan kerjaku sewaktu di makassar dan kini di kabupaten ini aku kembali bertemu dengannya. Perusahaan Retail tempatku bekerja mengadakan Bazaar di Kabupaten ini dengan jangka waktu tiga bulan, tak ku sangka ternyata Cham adalah salah satu karyawan yang di rekrut langsung oleh salah satu Supervisor yang di utus langsung oleh Perusahaan.

Aku dan Para Karyawan

   Tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi di sini, mereka sangat ramah. Selama hampir dua bulan ku jalani penuh dengan warna yang baru. semua itu ku mulai dari sini!
Suasana hangat mereka
   Aku sangat menikmati moment-moment ini, karena aku selalu yakin bahwa apa yang ku lakukan hari ini akan menjadi kenangan untuk ku ceritakan esok bersama mereka...

Pantai Bira, Bulukumba
   Jika mendengar nama Bulukumba, ada dua tempat yang terlintas di benakku, Pantai Bira dan Suku Ammatoa atau yang lebih di kenal Suku Kajang. Karena pertama kalinya aku berada di Kabupaten yang mayoritas penduduknya sebagai petani ini, sebisa mungkin ku manfaatkan untuk berkunjung ke wisata-wisata yang di tawarkan di Kabupaten tempat kelahiran sahabatku ini. Tugas kerjaku di sini hanya dua bulan dengan hari off atau hari libur yang ku dapat hanya satu kali dalam seminggu, di sela waktu yang singkat itu betul-betul ku manfaatkan untuk mengenal lebih dalam tempat ini.

   Andi Syamsul Alam-lah yang pertama kali mengajakku ke Pantai Bira yang selama ini selalu ku dengar dari teman-temanku yang sudah pernah berkunjung ke sana. Pantai Pasir putih yang hanya selalu ku lihat lewat foto. Sekilas tampak seperti pantai di Bali, dengan batu karang besar yang menjorok kelaut di atas bibir pantai. Hal yang paling ku sayangkan ialah tak ada satu pun yang ku abadikan moment-moment itu, tapi aku cukup merasa puas karena sudah merasakan langsung indahnya pantai pasir putih yang dulu hanya bisa ku dengar dari teman-temanku. Aku pun menikmatinya dengan bermain air berenang di laut sambil tertawa lepas bersama sahabat yang mengantarkanku mewujudkan rasa penasaranku akan indahnya wisata yang berada di ujung kabupaten ini.

Kec. Kindang
   Begitu banyak tempat-tempat wisata yang indah di sini, suasana yang lama ku rindukan. berkat makhluk bernama Cham inilah sehingga aku dapat mengenal panorama indah di Bumi Panritalopi.

   Tak hanya sampai di situ. Suatu ketika Dia pun mengajakku untuk Merayakan kemenangan setelah sebulan lamanya berpuasa di kampung orang. Dengan menempuh waktu sekitar setengah jam dari tempatku bekerja saat ini yang sekaligus tempat dimana aku menginap saat ini. Kami berempat berangkat ke sebuah Desa di mana Cham di lahirkan. Namanya Desa Kindang, Desa yang berada di Lereng gunung Lompobattang, udaranya sangat dingin, bahkan dua kali lipat dinginnya Malino. Tapi walaupun udara begitu dingin disini tetapi ada kehangatan yang ku temukan di keluarga Cham. Orangtuanya begitu ramah, suasana yang sangat ku rindukan sejak kecil, berkumpul bersama di malam Takbiran sambil mendengar suara Takbir menggema di setiap penjuru, sesekali suara petasan yang di mainkan oleh anak-anak kecil menambah meriahnya Desa yang begitu sejuk maksimal ini, canda tawa serta keceriaan dari adik-adik Cham menular kepadaku, aku bahagia serasa di kampung halaman sendiri.


   Ada satu hal lagi yang tidak akan ku lupakan sampai kapanpun. Entah mengapa, sengaja atau tidak sengaja, tapi inilah yang terjadi. Secara tidak langsung Cham sangat berjasa dalam hal ini. Entah mengapa hati ini langsung bergetar dan bertanya "Ya Allah! diakah orang yang ENGKAU janjikan itu?”. Di sepanjang jalan kami bercanda dengan senyum yang masih malu-malu dan 'Jaim' (JAga IMan). Dia begitu beda, ada hal yang membuatku mulai mengaguminya. Hingga aku tiba di rumah Cham, Senyum di balik Hijab itu masih terbayang, Kesederhanaanya membuatku jatuh hati.

Banyak hal yang yang ku petik di tempat ini..



Mulai dari sok imut di antara Gunung dan lembah yang terjal
Menemukan pokemon di dunia nyata :-)
Berpose layaknya patung.. yaahh... sudahlah?!
Menyamar jadi Penguin

Bukit Kahaya, Sinjai
   Dan yang paling menarik yang tak pernah terlintas di benakku dan tak pernah ku tahu adalah ternyata di bukit ini ada yang mirip kelelawar, dalam bahasa kerennya ku sebut Bukit BATMAN!. inilah karya Tuhan yang gak bisa di buat oleh seniman dunia sekela Leonardo Da Vinci sekalipun.

Air Terjun, Kec. Borong. Sinjai

Desa Hulo, Bulukumba
   Dan terakhir, merekalah yang mengisi warna dalam sepenggal kisahku di Bulukumba ini. Terima kasih rekan-rekan sekerja, terima kasih sahabat. moment-moment ini takkan pernah ku lupakan sampai kapanpun... sekali lagi... Terima kasih, SAHABAT! :-)


By:Petualangan_Si_Bocah_Ingusan!
#Post.VII.Goresanbersamamereka#

Terbuang!

Jejak kaki ini sudah siap melangkah jauh kembali ke peraduanku,
tapi entah mengapa jiwa ini masih ingin disini...
Seakan masih ada hal yang tak usai di sini,
Seakan telinga ini masih menunggu kalimat yang ingin ku dengar itu...

Aku takut menjadi Ranting kering yang tak sempat mengatakan ke api yang membakarnya dan menjadikannya abu...
Aku takut menjadi Ilalang yang tak sempat mengatakan kepada angin yang menghempaskannya jauh...
Aku takut meninggalkan kenangan yang hanya serpihan kisah yang terabaikan...
Aku hanya ingin menggoreskan tinta emas yang mungkin bisa jadi kenangan atau terbuang...


Bulukumba 2016.

By:Serpihan_Hati_Si_Bocah_Ingusan!
#Post.VI.Sajakbingitsjhee#